BuMi Santriwati Al Badri
Sebagai Media Buletin-Online dari kami "crew" untuk Ma'had Luar Biasa, PP. Al Badri
Selasa, 11 September 2018
Buletin Mini Santriwati Al Badri Edisi I
|
Bagi mereka yang sudah
menjadi alumni, masa-masa menimba ilmu di pondok pesantren adalah masa-masa
yang dirindukan. Mondok/nyantri di pesantren menjadi
pengalaman yang tak terlupakan seumur hidup. Pengalaman tersebut sangatlah
berharga, dimana kita bisa mengingat betapa senangnya ketika berkumpul bersama
teman-teman, mengaji, menghafal, mengantri, makan, mandi, dan melakukan
aktivitas-aktivitas lain bersama-sama. Kita juga mengingat betapa susahnya
menghafal beberapa bait dari kitab kuning untuk setoran harian. Dan salah satu
yang paling tak terlupakan adalah momen ketika kita pertama kali masuk ke
pondok pesantren menjadi santri. Sebagai santri baru yang masmih lugu, banyak
sekali kejadian yang dialami saat itu.
Dalam rangka mengenang momen
berharga ini, mari kita bahas kejadian-kejadian apa saja yang dialami saat
menjadi santri baru. Selamat membaca!
1. Berada di lingkungan baru
Yang akan dialami pertama
kali ketika menjadi santri baru adalah lingkungan yang baru. Santri berpindah
dari lingkungan yang lama (rumah) ke lingkungan yang baru yakni pesantren. Di
komplek pesantren santri baru merasakan suasana yang berbeda. Ada yang sedang
mengaji, solat berjama’ah, sampai memasak. Santri baru juga menempati kamar
yang baru, sekolah baru, dapur baru, kantin baru (kalau ada), sampai dapur
baru. Dan tak sedikit santri baru yang kaget tentang kondisi sebagian kamar
mandi sangat buruk, tidak ada kuncinya, gayung hilang, pintu bolong, tidak ada
lampu dan bak yang tidak pernah dikuras. Sebagian pondok pesantren juga ada
yang menerapkan waktu jam air. Maksudnya pada waktu-waktu tertentu air akan
dimatikan dan dinyalahkan kembali. Biasanya air nyala pada waktu pagi dan sore.
2. Bertemu teman baru
Santri baru akan bertemu dengan santri-santri
baru lainnya. Orang-orang yang menjadi santri baru datang dari berbagai penjuru
daerah dan mereka akan saling berkenalan satu sama lainnya.
3. Latar belakang yang
berbeda-beda
Santri yang mondok di
pesantren datang dari berbagai dareah yang berbeda. Tentu suku bangsa, bahasa,
dan budayanya juga berbeda. Mereka semua berkumpul dalam satu lingkungan yang
sama. Setelah berkenalan, para santri baru akan belajar berbagai bahasa,
belajar mengenal karakteristik, dan kebiasaan-kebiasaan dari teman-temannya
tersebut. Ada berbahasa Jawa, Sunda, Melayu, Makasar, halus, kasar, bahkan
bahasa ngapak. Ada juga yang pemarah, pendiam, nakal, berani,
cengeng, rajin, dan iseng. Intinya para santri baru belajar beradaptasi dengan
kondisi masyarakat pesantren yang multikultural.
4. Satu kamar orang banyak
Di lingkungan pesantren,
sudah umum jika satu kamar dihuni banyak santri. Ada tipe kamar yang
dipetak-petak kecil-kecil, ada juga satu kamar langsung petak besar. Ada kamar
yang menggunakan kasur, ada juga yang cuma karpet. Jika kamarnya terlalu
sempit, santri tidur secara desak-desakan, agar muat mereka tidur dengan posisi
berjejer rapih. Jika benar-benar tidak muat, santri akan tidur ditempat lain
seperti aula, ruang kelas, mushola dan masjid.
5. Apa-apa serba ngantri
Santri baru mungkin belum
terbiasa dengan budaya mengantri. Tapi mereka pasti mengalami ini di pondok
pesantren. Fasilitas yang disediakan oleh pesantren digunakan bersama-sama
contohnya kamar mandi. Setiap hari, para santri berlomba-lomba bangun sepagi
mungkin, salah satu tujuannya adalah agar dapat menggunakan kamar mandi. Jika
bangun kesiangan bisa-bisa antrian untuk kamar mandi sudah panjang bahkan ada
kemungkinan akses air akan dimatikan. Juga saat mengambil makan, santri pasti
disuruh berbaris mengantri untuk bergantian mengambil makananan. Disinilah
kesabaran seorang santri diuji.
6. Jadwal padat
Yang namanya pondok
pesantren, pasti kegiatannya banyak. Sebagian pesantren malah sudah membuat
jadwal kegiatan untuk para santri dari pagi sampai malam. Sudah tentu ini
terjadi, karena di pondok pesantren, para santri ditempa agar menjadi orang
yang berilmu, rajin beribadah, berkerja, belajar, dan ber-akhlakul karimah.
Ada santri yang kegiatannya hanya mengaji dan membantu kyai, ada juga yang
mengaji sambil sekolah. Santri yang sambil sekolah, paginya sampai siang
digunakan untuk sekolah formal kemudian dari sore sampai malam digunakan untuk
mengaji, dengan begitu jadwalnya menjadi padat.
Santri baru umumnya belum
terbiasa dengan kondisi seperti ini. Mereka tidak biasa dengan jadwal yang
padat. Dan mereka yang tidak kuat, akan tereleminasi dengan sendirinya, alias
keluar. Tapi sebenarnya jika aktivitas padat dilakukan dengan sabar, santri
akan terbiasa dan tahan banting (biasa capek).
7. Makanan seadanya
Tidak seperti dirumah yang
bisa memilih-milih makanan, di pondok pesantren para santri baru harus terbiasa
dengan makanan yang tersedia. Pihak pondok sudah membuat jadwal makanan yang
akan disediakan kepada santri. Misalnya senin makan dengan lauk 3T (tahu, tempe dan terong),
selasa sayur lodeh, rabu sayur sop dsb. Para santri tidak bisa memilih-milih
makanan sesuka hati karena yang tersedia hanya itu. waktu makan juga
ditentukan, misalnya jika sehari makan tiga kali, maka waktunya pagi, siang,
dan malam/sore. Jika sehari dua kali, maka waktunya siang dan malam/sore. Jika
kelewatan, harus menunggu waktu makan selanjutnya. Dengan begitu santri akan
disiplin dalam makan.
8. Kangen Rumah
Santri baru pasti alami ini.
Mungkin satu dua hari sampai seminggu belum kangen rumah. Tapi setelah itu
mulai deh kangen rumah. Kangen rumah yakni kangen orang tua, adik kakak,
saudara, teman-teman dan semua kondisi dirumah. Jika santri baru ada dalam kondisi
kangen rumah, mereka akan mengingat-ingat betapa enaknya tinggal dirumah.
Mereka juga mulai membandingkan kondisi di rumah dengan di pondok. Di pondok
sehabis sekolah masih harus ngaji, sedangkan dirumah bisa main. Di pondok kamar
mandinya kotor dan harus ngantri, sedangkan dirumah bersih dan bisa digunakan
kapan saja. Dipondok makannya engga enak, sedangkan dirumah makannya enak ada
ayam, sayur sop, telur, susu dan buah-buahan. Dipondok tidurnya desak-desakan,
sedangkan dirumah tidurnya di kasur yang empuk dan lega. Dan yang paling
penting dirumah ada orang tua dan saudara-saudara. Perasaan kangen rumah
seperti ini wajar sekali, malah banyak santri yang baru sehari tinggal di
pesantren saja sudah kangen rumah dan ingin pulang. Tapi lambat laun perasaan
ini bisa diatasi, salah satunya dengan selalu beraktifitas dengan teman-teman.
Jangan selalu merenung.
9. Nangis diam-diam
Yang satu ini adalah
kelanjutan dari kangen rumah. Setelah santri baru mengalami fase kangen rumah,
biasanya santri baru akan menangis. “Di malam hari ketika beranjak tidur,
setelah selesai aktivitas pondok yang padat, terngianglah kondisi rumah, lalu
muncul gambaran ibu dan bapak dengan kasih sayangnya sedang tersenyum dan
melambai-lambaikan tangan. Mulailah berkaca-kaca mata para santri baru, hingga
akhirnya menetes setelah air matanya tak tertampung lagi oleh kelopak mata”.
Walapun agak lebay, tapi begitulah kira-kira gambaran dari kondisi santri baru
yang sedang kangen rumah dan menangis. Selain sebelum tidur, santri baru juga
biasanya menangis saat sedang mandi. Mengguyur wajah adalah momen paling tepat
untuk menangis. Dengan kondisi kamar mandi yang tertutup dan suara air keran
yang mengucur, isak tangis menjadi samar-samar tidak terdengar. Mungkin kamar
mandi menjadi tempat paling aman untuk nangis secara diam-diam.
10. Sakit-sakitan
Satu lagi fenomena yang
dialami oleh santri baru saat mondok, yakni sakit. Tubuh santri
yang belum terbiasa dengan jadwal padat, dapat memungkinkan seorang santri
menjadi sakit. Penyebabnya bisa karena kelelahan, serta kondisi tubuh
yang tidak fit. Apa lagi jika pola makannya tidak teratur. Kalau sudah begini
santri tersebut harus segera berobat dan beristirahat yang cukup. Biasanya
santri yang sakit diperbolehkan pulang untuk berobat di rumah. Namun ada saja
santri yang memanfaatkan kondisi seperti ini untuk terus menerus pulang
kerumah.
Oke, mungkin itulah ringkasan kejadian-kejadian
yang dialami oleh santri baru saat awal-awal masuk pesantren. Bagi kamu yang
sudah menjadi alumni, mungkin ini bisa menjadi pengingat pengalaman-pengalaman
saat mondok dan untuk kamu yang sedang mondok atau
baru mau mondok, jangan berpikir buruk dulu tentang nyantri di
pondok pesantren, karena sebenarnya keburukan dan ketakutan yang kamu pikirkan
dengan kenyataan yang ada itu berbeda.
Tetaplah berjuang, belajar,
mengaji, menghafal, berdiskusi, patuh pada kyai, patuh pada agama dan jalanilah
itu semua dengan sabar, ikhlas, serta istiqomah, maka kamu akan mendapatkan
hasil yang baik setimpal dengan perjuangan kamu. Ingatlah perjuanganmu di
pondok pesantren tidak akan sia-sia. Mengapa? itu karena, Kesabaran,
keteguhan, dan kerajinan kamu saat mondok akan membentuk pribadimu.
Oleh ;
Segenap Kru Buletin Mini
|
Langganan:
Postingan (Atom)